Oleh harmen batubara
Mau mengirim tulisan
artikel ke harian Kompas? Misalnya pada rubric : Opini? Ada baiknya baca dulu syarat-syarat tulisan
atau artikel yang diterima Kompas. Minimal ada semacam “guide” untuk anda lebih
memfokuskan diri? Syarat-syarat ini
sebenarnya adalah sebuah balasan dari Redaksi Kompas kepada para pengirim
artikel ke harian Kompas. Sebelum era digital seperti saat ini. Biasanya redaksi
Kompas, khususnya pada era tahun 90an akan mengembalikan artikel yang tidak
bisa mereka muat disertai selembar informasi yang berisi kriteria umum artikel
yang mereka inginkan. Kala itu meski anda tidak menyertakan prangko, redaksi
tetap dengan setia mengembalikan artikel anda.
Kriteria umum ARTIKEL
yang diterima Kompas:
Asli, bukan plagiasi,
bukan saduran, bukan terjemahan, bukan sekadar kompilasi, bukan rangkuman
pendapat/buku orang lain.
Belum pernah dimuat di
media atau penerbitan lain termasuk Blog, dan juga tidak dikirim bersamaan ke media
atau penerbitan lain.
Topik yang diuraikan
atau dibahas adalah sesuatu yang aktual, relevan, dan menjadi persoalan dalam
masyarakat.
Substansi yang dibahas
menyangkut kepentingan umum, bukan kepentingan komuninas tertentu, karena
Kompas adalah media umum dan bukan majalah vak atau jurnal dari disiplin
tertentu.
Artikel mengandung hal
baru yang belum pernah dikemukakan penulis lain, baik informasinya, pandangan,
pencerahan, pendekatan, saran, maupun solusinya.
Uraiannya bisa membuka
pemahaman atau pemaknaan baru maupun inspirasi atas suatu masalah atau
fenomena.
Penyajian tidak
berkepanjangan, dan menggunakan bahasa populer/luwes yang mudah ditangkap oleh
pembaca yang awam sekalipun. Panjang tulisan 3,5 halaman kuarto spasi ganda
atau 700 kata atau 5000 karakter (dengan spasi) ditulis dengan program Words.
Artikel tidak boleh
ditulis berdua atau lebih.
Menyertakan data
diri/daftar riwayat hidup singkat (termasuk nomor telepon / HP dan foto diri),
nama Bank dan nomor rekening. Alamat
e-mail opini@kompas.co.id
Ketatkah Kriteria Rubrik Kompas itu?
Bagaimana? Apakah
kriteria artikel yang diterima Kompas itu menurut anda terlalu berat? Menurut
saya, dibilang berat ya memang berat, dibilang wajar ya wajar. Memang tulisan
itu harusnya memang seperti itu, dan bisa memenuhi kriteria di atas. Tapi
apakah dengan memenuhi kriteria itu, berarti tulisan kita lalu bisa dimuat?
Jawabnya? Ya tergantung. Tergantung, kalau tulisan kita itu lebih unggul dari
tulisan-tulisan lainnya. Sebab jangan lupa, tiap harinya redaksi pasti menerima
artikel dalam julam puluhan hingga ratusan artikel perharinya. Katakanlah
tulisan anda sudah bagus, tepat waktu dan menarik. Tetapi kemudian ada pula
tulisan lain yang tidak kalah menariknya, dan ditulis oleh seorang “pesohor”
atau seorang ahli bertitel professor maka secara logika redaksi bisa dipastikan
akan memilih tulisan dari para ahli itu.
Yang ingin saya
sampaikan adalah, redaksi juga ingin melihat agar harian mereka memang juga
penuh dengan orang-orang ahli, pesohor, selebriti dll yang punya “nilai jual”
dan bisa memberikan mereka tambahan prestis.Logika seperti itu bisa diterima,
meski dan tentu saja tidak sepenuhnya benar. Ada baiknya, agar dalam riwayat
singkat anda cantumkan hal yang spesifik yang berhubungan dengan yang anda
tuliskan. Misalnya kalau tulisan itu tentang lingkungan hidup, dan kebetulan
anda juga aktifis lingkungan hidup. Makah informasi seperti itu akan jadi nilai
tambah bagi anda. Bisa juga, kalau anda sedang mengambil S2 atau S3 cantumkan
juga agar bisa menambah bobot tulisan anda.
Halaman 4 Kompas yang
memuat Tajuk Rencana dan Opini yang sekarang menjadi Halaman 6, sering dianggap
sebagai “Candra dimuka”-nya Kompas. Tempat dimana para pemikir dan praktisi
saling beradu argumentasi terkait sesuatu yang tengah jadi bahan perbincangan
di tengah masyarakat. Kalau tulisan anda menarik, lugas, cerdas, mengigit dan pas, tentu mereka tidak akan melihat
“latar belakang anda”. Tapi kalau isinya hanya sesuai dengan sesuai dengan
teori kepenulisan biasa, maka dapat dipastikan mereka akan melihat “siapa
sebenarnya” anda, dan juga membandingkannya dengan tulisan para pakar yang
lain.
Kalau anda sudah sering mengirimkan tulisan ke harian Kompas, tetapi mereka belum juga bisa memuat tulisan anda; ada kalanya mereka juga akan mengirimkan beberapa pointer yang perlu anda perhatikan secara lebih teliti. Berikut adalah beberapa penyebab sebuah artikel Anda ditolak oleh Desk Opini Kompas, yaitu:
·
Topik
atau tema kurang aktual
·
Argumen
dan pandangan bukan hal baru
·
Cara
penyajian berkepanjangan
·
Cakupan
terlalu mikro atau lokal
·
Pengungkapan
dan redaksional kurang mendukung
·
Konteks
kurang jelas
·
Bahasa
terlalu ilmiah/akademis, kurang populer
·
Uraian
Terlalu sumir
·
Gaya
tulisan pidato/makalah/kuliah
·
Sumber
kutipan kurang jelas
·
Terlalu
banyak kutipan
·
Diskusi
kurang berimbang
·
Alur
uraian tidak runut
·
Uraian
tidak membuka pencerahan baru
·
Uraian
ditujukan kepada orang
·
Uraian
terlalu datar
·
Alinea
pengetikan panjang-panjang.
Satu hal lagi yang
ingin saya sampaikan, menulis di harian Kompas (Surabaya Post, Sinar Harapan)
saat ini honornya tidaklah sebesar tahun tahun 70 an. Saya masih ingat waktu
itu, untuk artikel kelas Opini mereka memberikan honor mulai dari Rp12000
sampai dengan Rp15000. Sedangkan harian lokal seperti Kedaulatan Rakyat (
Yogya), Pikiran Rakyat ( Bandung), Suara Merdeka( Semarang), Waspada
(Medan) antara rp15000 sampai dengan rp
2000. Harga beras kualitas sedang waktu itu baru Rp 30 per Kgnya. Jadi satu
tulisan honornya setara antara 400kg sampai 500 kg beras atau dengan harga
sekarang setara dengan nilai Rp900000 sampai rp1500000. Sebagai mahasiswa waktu
itu, kita hanya butuh satu artikel Utama ( Kompas, Surabaya Post, Sinar
Harapan) dan 3 sampai 4 tulisan di Koran lokal. Sekarang? Kompas paling paling
hanya menghargai antara Rp300000 sampai dengan 750000 rupiah. Suatu jumlah yang
sangat berbeda dengan jaman tahun tahun 70an. Nanti kita sambung lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar