KETIKA SEMUA JALAN SEOLAH TERTUTUP
Ini adalah penggalan
kehidupan penulis, terkait kegiatan menulis. Saya yakin hal seperti akan
memberikan sedikit makna bagi banyak orang. Namun demikian saya percaya semua
orang mempunyai penggalan kehidupannya sendiri-sendiri yang juga tidak kalah
menariknya. Penggalan kehidupan yang tertatah dengan emas dan bahkan berlian.
Karena itu saya juga bisa menahan diri. Tetapi yang ingin saya kemukakan di
sini adalah saya pernah mengalaminya, yakni hanya punya satu pilihan. Yakni
untuk jadi seseorang sebagai penulis. Padahal dari sananya, saya sama sekali
jarang bersentuhan dengan upaya untuk menulis. Memang membaca saya suka. Tetapi
untuk menuliskannya, saya selalu kesulitan. Kesulitan untuk menyusun
kata-katanya. Mana kata-kata yang harus di dahulukan. Pendek kata menulis
adalah sesuatu yang tidak terpikirkan sejak dari awalnya.
Pernah dengar dengan
istilah tentang anak batak di perantauan kan? Batak tembak langsung. Tapi ini
untuk setting ceritra tahun tahun 70an. Itu menurut saya adalah upaya untuk
menggambarkan anak-anak batak yang di kampungnya sana, dia dengan segala
keterbatasannya. Dia yang aslinya belum tahu apa-apa, dia yang tidak tahu apa
itu universitas, apa itu aturan lalu lintas jalan; tidak tahu mana saatnya stop
dan mana saat jalan ketika melihat lampu setopan “abang-ijo” di jalanan. Tetapi
semua itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk melanjutkan kuliah ke Jawa. Banyak
dari mereka yang kondisi orang tuanya, sungguh tidak memungkinkan untuk
membiayai kuliahnya. Tapi anak-anak batak itu tetap neka. Saya salah satu
diantaranya. Saya waktu itu, hanya berbekal uang sebesar 15 ribu rupiah dengan
kesanggupan orang tua biaya bulanan satu ribu perbulan, dengan tujuan Yogyakarta. Ongkos kapal waktu itu sudah 6
ribu, uang daftar di UGM 3 ribu. Belum lagi ini itu, jelas membaginya tidak
bisa atau sangat sulit sekali.
Tapi itulah jalannya
kehidupan, panggilan suratan tangan. Sesungguhnya kisah itu sendiri jauh lebih
menarik kalau dituliskan dengan hati. Bagaimana anak kampung dengan semua ke
idiotannya menapaki hidup di kota besar metropolitan. Umumnya teman-teman meski tetap terbatas, tetapi
umumnya punya uang bulanan bervariasi, antara 15-25 ribu perbulan. Tapi hal itu
sama sekali tidak memberi pengaruh. Saya bersyukur karena meski dengan berbagai
keterbatasan itu, ternyata saya diterima kuliah di UGM. Saat itu sebuah
pencapaian luar biasa. Tetapi dengan uang satu ribu rupiah perbulan jelas ini
sebuah tantangan. Tanta ngannya nyata dan sungguh luar biasa.
Saya sendiri punya
jurus kehidupan langka tapi hemat saya pas. Misalnya dalam mencari tempat Kos,
carilah di wilayah kota yang tidak ada listriknya. Maksudnya agar segalanya lebih
terjangkau dan murah. Lokasi itu saya temukan, yakni di Gondolayu, pinggir kali
Code. Memang kondisinya kumuh, dan tempat mandinya juga di sumur-sumur seadanya
di pinggiran kali code itu. Tapi bagi anak kampung seperti saya jelas itu jauh
lebih baik dari di Kampung saya. Waktu itu saya malah dapat tempat kost yang
tidak perlu bayar apa-apa.
Persoalan berikutnya
adalah bagaimana hidup dengan uang sebesar itu? Memang harga beras waktu itu
per kilonya juga masih rp 30 rupiah. Jadi 10 kg harganya sebesar 300 rupiah.
Tapi hidup dengan uang 700 rupiah perbulan, sudah termasuk semuanya secara
logika itu tidak masuk akal. Teman saya yang waktu itu kost di asrama Realino,
bayarannya sudah 15 ribu rupiah per bulan. Tapi saya sangat percaya jalan pasti
ada. Saya yakin sekali jalan untuk itu
pasti ada. Cuma sayangnya saya belum tahu. Dari berbagai analisa yang saya
lakukan, maka jalan yang tersedia adalah jadi penulis di koran harian. Karena
menulis tidak terikat waktu, tidak menggangu waktu kuliah. Tapi menulis untuk
bisa dimuat di koran tentunya, bukanlah tulisan yang dibuat oleh penulis
seperti saya yang tidak tahu apa-apa tentang menulis. Tapi jalan itu jelas
terbuka. Dan saya percaya jalan saya ada di sana. Cuma bagaimana memulainya.
Saya beruntung dan
tergolong anak anak yang mudah beradaptasi, dan dengan cepat saya mendapatkan
tugas sebagai pembersih dan penunggu “kantor” RW. Sebagai petugas RW saya boleh
memakai sarana itu kapan saja, tugas saya hanya merawat kantor dan mengetikkan
dan menyampaikan surat-surat dinas dan undangan. Entah bagaimana ceritanya, pak
RW malah membolehkan saya tinggal di situ, lengkap dengan makan minum gratis di
warung yang ada di dekat kantor itu. Coba bayangkan, alangkah murahnya hati pak
RW itu. Tuhan menolongku lewat kebaikan hati pak RW. Sederhananya saya dapat
pekerjaan jadi penjaga dan merawat kantor RW tanpa upah, tetapi sebaliknya saya
bisa tinggal di kantor itu dan dapat makan di warung yang ada disamping kantor.
Sungguh pencapaian yang luar biasa dan, itu saya peroleh ketika saat mandi di
pinggiran kali code.
Sungguh saya sangat
bersyukur karena “tangan Tuhan” memberikan saya begitu mudahnya dan semuanya.
Tempat tinggal dengan semua sarananya, malah ada listrik, air ledeng dan mesin
tik kantor yang bisa saya pakai sampai pagi. Padahal umumnya warga di situ ya
hanya dengan lampu teplok dan air sumur. Waktu itu, sasaran dan tekad saya
hanya satu jadi penulis. Menulis untuk mendapatkan honor bagi kelanjutan
kuliah. Sebagai mahasiswa UGM akses ke perpustakaan terbuka lebar, bahan bacaan
saya melimpah. Meski saya tidak atau belum bisa berbahasa inggeris, tapi
anehnya saya merasa ngerti apa yang dimaksudkan oleh tulisan dalam buku-buku
atau majalah berbahasa inggeris itu. Jadi seolah ide tulisan itu bisa saya
tangkap untuk kemudian saya tuliskan dalam aroma dan suasana kehidupan sosial
masyarakat kita. Saya terus menulis, menulis, menulis dan menulis.
Menulis
dengan mesin tik setiap ada kesempatan.
Sampai suatu hari
setelah enam bulan mengetik tulisan siang
dan malam. Salah satu tulisan saya dimuat di Koran dua mingguan Eksponen
Yogyakarta. Aduh senangnya bukan main. Rasanya dunia ini jadi begitu indah.
Saya lalu ajak anak pak RW mengambil honor tulisan itu di jalan KH Dahlan.
Memang besarnya hanya 500 rupiah, dan honor itu sendiri saya berikan ke anaknya
pak RW. Maka sontak di desa itu nama saya jadi buah bibir dan terkenal,
mahasiswa UGM itu ternyata pintar juga menulis. Tetapi yang lebih heboh lagi,
dua minggu kemudian, koran Sinar Harapan Jakarta memuat tulisan saya dengan
honor 27.500 rupiah. Setelah itu tulisan saya sudah ada dimana-mana. Bayangkan
teman-teman saya umumnya hanya punya wessel antara 15-25 ribu perbulan
sementara saya sudah punya penghasilan dengan rata-rata 30 ribu perbulan.
Saya percaya
kemudahan itu, memang diberikan Tuhan pada saya karena saya telah meminta
kepadaNYA. Saya telah melakoni hidup dengan penuh adaptasi, menjaga hubungan
baik, menjadi anak muda yang santun dan ringan tangan. Saya tahu banyak orang
yang bersimpati dengan upaya saya, ditambah lagi doa kedua orang tua setiap
saat. Sejujurnya saya juga tahu dan yakin bahwa dalam perjalanan kehidupan
saya, Tuhan pasti membantu saya dan yakin seyakin yakinnya bahwa pertolongan
Tuhan pasti datang bila sudah tiba saatnya. Saya hanya perlu bersabar, bersabar
dan ihtiar. Tapi kapan? Itulah rahasiaNYA. Karena itu saya melakukannya dengan
yang terbaik, dengan empati serta dibalur dengan semangat pantang menyerah.
Berkarya dengan merebut HatiNYA. Dengan referensi seperti itu, saya ingin
menuliskan buku ini bagi anak-anak muda zaman sekarang. Zaman dimana semua
serba ada dan serba tinggal sentuh.
MENULIS DI ERA DOT COM. Para pembaca yang budiman, era dot com ini adalah era
para penulis memerlukan penyesuaian dari pola lama yang hanya fokus pada
penulis buku tradisional untuk kemudian menjadi penulis yang memahami era dot
com, memahami berbagai sarana, fasilitas serta software yang memudahkan mereka
untuk berkarya dalam bidang tulis menulis yang sudah mereka senangi. Karena
akan sangat sulit bagi seorang penulis yang masih tertinggal dan bertahan
dengan pola tradisi lama. Tamsilannya anda bisa bayangkan bagaimana seorang
penulis di zaman seperti sekarang ini masih mengan dalkan mesin tik dalam cara
berkaryanya. Memang tidak ada yang salah di sana, tetapi membayangkan anda
masih mengetik sembari memberikan koreksi di sana sini dengan mempergunakan
tip-Ex tentulah sungguh sebuah Ironi. Siapapun memerlukan perubahan, dan
perubahan membutuhkan penyesuaian. Anda perlu menyesuaikan diri dengan era dot
com. Dunia dimana semua serba terbuka transparan dan sederhana, asal tahu
caranya.
Apakah seorang
penulis zaman ini bisa mengabaikan kehadiran jejaring sosial? Jejaring sosial
seperti Facebook, Twitter, Linked-In, StumbleUpon, Tumblr, Google, Yahoo, Bing
dll? Jawabannya jelas Tidak. Anda perlu minimal memahaminya tetapi lebih baik
lagi menguasai ilmunya. Sementara penulis lainnya justeru telah berada dari
bagian jejaring sosial itu sendiri. Saya masih ingat pengalaman sebagai penulis
artikel koran di tahun 70an. Kita harus berlangganan beberapa koran utama, atau
sering nongkrong di kios-kios koran langganan untuk sekedar melihat apakah
tulisan kita dimuat pada hari itu apa tidak? Atau untuk mengetahui berita atau
isu apa yang lagi “in” di berbagai media masa. Menulis pada waktu itu sungguh
membutuhkan ketelatenan dan cerdas menyimpan informasi yang bakal jadi
referensi bagi tulisan-tulisan berikutnya. Bayangkan, sekarang dengan perangkat
komputer semua bisa dilakukan dengan mudahnya, dan bisa dilakukan dari mana
saja sejauh ada koneksi online.
Buku ini bisa terbit
tidak lepas dari bantuan dari para sahabat, baik itu berupa saran dan juga
mereka yang ikut menambahkan berbagai
masukan untuk disertakan dalam tulisan buku ini. Memang ada beberapa yang
terpaksa di tunda karena kalau dimasukkan takut akan terlalu jauh melebar dan
memanjang. Padahal niat dari sananya hanya ingin membatasinya sampai pada
memanfaatkan kemampuan menulis untuk membuka jalan kehidupan baru. Seperti
pengalaman penulis sendiri, benar-benar merasakan betap besar manfaatnya
menulis pada saat “semua jalan seolah tertutup”. Dengan menulis malah bisa
dpercaya ia bisa memberi solusi dan juga bahkan mengantarkan kita ke jalan
berikutnya. Jalan yang juga tidak kalah menariknya.
Saya berterima kasih
kepada rekan-rekan sesama peneliti semasa di CDBR (center defence border
reasearh) Universitas Pertahanan di era tahun 2012 seperti Dr Sobar Sutisna, Dr
MD La Ode, Dr Nano Supriyatno Dll yang tidak bisa saya sebutkan disini; yang ternyata adalah para penulis dan
pembicara handal yang kemudian terus berkembang diatas keahlian utamanya
masing-masing. Berdiskusi dengan mereka rasanya tiada bahan yang tidak bisa
diurai untuk dituliskan kembali. Termasuk dengan kesediaan mereka diajak kapan
saja (lewat hape) untuk berbagi informasi dan sudut pandang. Sedikit banyak
pengaruh seperti itu ada pada Buku ini.
Penulis era dot com
adalah penulis yang dituntut untuk dapat memahami dunia online. Penulis yang
mengerti tentang SEO terkait penulisan artikelnya baik buat blog, terkait
sosial media, press release, e-book dan menulis buku serta cara-cara
penerbitannya. Karena itu penulis akan berusaha sekuat yang bisa untuk tetap
konsisten agar alurnya mengacu kepada penulis di era online. Penulis yang
berusaha memanfaatkan kemampuan menulisnya untuk kehidupannya, terserah seperti
apakah kehidupannya itu sendiri. Sebab menulis di era online ini tidak
terhingga peluangnya. Anda bisa jadi penulis di media masa, jadi penulis buku,
penulis E-book, penulis artikel untuk berbagai website atau blog. Penulis bayaran, penulis Gostwriter dll.
Begitu banyak sehingga tidak kuat untuk menuliskannya satu persatu serta dengan
imbalan yang juga tidak kalah menariknya.
Bayangkan di meja
anda seolah dihadirkan ruang buku perpustakaan atau referensi yang besarnya
lebih besar dari lapangan sepak Bola Gelora Bung Karno? Yang benar? La iyalah.
Coba anda bayangkan betapa hebatnya layanan informasi yang bisa anda dapatkan
lewat Google (www.google.com), Bing, Yahoo dll. Coba ketikkan apa saja di
Search engine Google misalnya, maka dalam hitungan detik anda akan disuguhi
ratusan juta info terkait apa yang anda mintak. Itu bermakna ratusan jutaan
lembar buku, yang kalau anda masukkan dalam satu ruangan; sungguh tidak
terbayang betapa besarnya ruangan yang anda perlukan. Kehidupan era Dot Com
benar-benar informasi Dunia ini ada dalam jinjingan tangan anda; ruaarrr biasa.
Kalau kita tidak bisa memanfaatkannya, maka yang konyol itu siapa?
UNTUK SIAPA BUKU SAYA TULIS. Pertama-tama dan terus terang buku ini cocok bagi
mereka yang aslinya memang seorang penulis atau mereka yang hobby nya sebagai
penulis tetapi juga suka kehidupan Online, apakah itu sebagai penggiat jejaring
sosial seperti Facebooker, Tweeter, Linked-In, Instagram, Stumble Upon, Tumblr
atau sebagai seorang blogger, atau para affiliasi atau affiliate marketing atau
pebisnis online. Buku ini meski masih penuh dengan keterbatasannya tetapi satu
hal yang dapat anda petik dari Buku ini yakni bisa mendapatkan berbagai peluang
baru dalam dunia penulisan serta sekaligus mulai membangun bisnis Online
kepenulisan itu sendiri. Buku ini sesungguhnya memperlihatkan dunia dot com,
dengan berbagai celah dan peluang yang ada di dunia online dilihat dari sisi
seorang penulis. Bahwa apakah anda nantinya tetap sebagai seorang penulis buku
yang memahami dunia dot com atau penulis yang sepenuhnya mampu memnfaatkan
dunia online bagi kepenulisan anda sendiri. Terserah anda.
Sebagai Blogger
misalnya, anda dengan mudah melakukan sesuatu yang bisa dan potensil
menghasilkan uang tambahan bagi anda. Pertama dengan buku ini diharapkan anda
mengetahui dunia dot com, dan dengan kemampuan anda sebagai penulis dapat
menulis berbagai artikel di blog yang SEO friendly, berbagai artikel yang
benghantar blog anda sehingga ia mampu jadi blog yang menjadi trenzetter, yang
banyak dikunjungi. Sebuah kesempatan yang bisa anda jadikan sebagai ladang baru
dalam mendapatkan penghasilan, baik dari pemasukan iklan dan juga “monetize”
blog anda sendiri. Di ujung semua itu anda masih bisa menjadikan blog anda
sebagai tempat yang nyaman untuk mengumpulkan dan memperkenalkan
tulisan-tulisan anda lainnya, baik yang berupa laporan, berupa E-Books atau
buku-buku baru anda yang memberikan manfaat bagi pengunjung Blog Anda. Nanti
bila tiba saatnya anda bisa membukukannya sesuai genre yang ada. Semua itu akan membawa kemaslahatan tambahan
bagi anda baik dari sisi glamornya kehidupan Dot Com atau secara finacial
sekalipun.
Sasaran utama adalah
mereka yang senang dengan kehidupan sebagai penulis tetapi masih awam dengan
kehidupan atau peluang menulis secara Online, bagi mereka buku ini diharapkan
dapat menjadi pembuka jalan untuk mereka membuka diri dengan era baru yang
lebih baik lagi. Jika Anda seorang penulis dan sedang mencari cara yang cepat,
sederhana, dan terbukti mampu menghasilkan uang serta menciptakan gaya hidup
dot com, maka buku ini bisa menjadi sesuatu yang sesuai dan bisa saya tunjukkan
untuk Anda. Lihat, itu bukan rahasia kehidupan dot com tapi cara ini jelas
mampu menciptakan lebih banyak jutawan dari penulis yang ada di Nusantara.
Maksudku, menghasilkan uang melalui kegiatan penulisan serta membawanya ke
dunia bisnis menulis online yang ada di dalam jaringan dot com.
Benang merahnya
adalah sebagai penulis di zaman dot com anda perlu membuka diri dengan dunia
online, anda harus memulai nya dengan menulis artikel yang disukai oleh mesin
pencari seperti Google, Bing, Yahoo dll. Untuk menulis artikel yang mereka
sukai, tentu anda harus memahami apa yang disebut dengan dunia blog dan
tulisan-tulisan yang SEO frindly. Sebagai penulis anda juga memerlukan
pembangunan Brand anda sendiri, semua itu tersedia di dunia dot com, mulai dari
yang gratis sampai yang berbayar. Idenya andalah anda harus memulai dan
mengembangkan brand kepenulisan anda sendiri. Cara ini adalah salah satu cara
terbaik untuk memiliki lebih banyak peluang
yang bisa memberikan penghasilan, fleksibilitas, gaya hidup dot com
dalam kehidupan Anda.
MENGAPA BUKU INI SAYA TULIS. Terus terang saya terinspirasi oleh banyaknya para
penulis muda yang kemampuan menulisnya sungguh memukau. Tetapi mereka seolah
tidak mampu menemukan pasarnya, sebab begitu mereka ke penerbit maka jelas
kelasnya belum sampai. Para penerbit saat ini sudah membuat standar tersendiri.
Para penerbit yang umumnya hanya akan bersedia menerbitkan buku-buku yang sudah
jelas ada pasarnya, pasar yang minimal bisa menyerap sebanyak 5000 examplar
pertahun. Jelas itu bukanlah dunia bagi penulis pemula. Tetapi pada saat yang
sama dunia dot com memberikan begitu banyak peluang bagi para penulis. Dunia
online telah hadir dan mampu menerima anda apa adanya.Kalau anda punya ilmunya,
maka anda dengan mudah dapat mulai membangun Image atau brand anda meski dengan
modal gratis.
Kadang ada juga
diantara mereka yag sudah memasuki dunia dot com, pandai menulis serta mempunya
gaya menulis yang untuk pemula sebenarnya sudah jauh diatas rata-rata, bagus
dan mengesankan tetapi hanya sebatas itu. Ada juga anak anak muda yang mengisi
blognya dengan berbagai banner, iklan dan sejenisnya yang sebenarnya sedikit
mengganggu bagi para pembaca mereka, yang pada ujungnya bisa membuat para
pembaca mereka meninggalkan blog, yang menyebabkan berkurangnya fans setia.
Hal-hal seperti itulah yang membuat saya ingin menuliskan buku ini. Kalau cara
mereka menyajikannya baik dan tahu cara menempatkan media sosial di dalamnya
secara benar, maka semua dapat manfaat. Para pembaca tahu produk yang sesuai
dengan topik bahasan serta bermanfaat bagi mereka, dan pengelola blog sendiri
bisa mulai menulis sesuai genre yang ia suka.
Tapi anda juga harus
realistis. Sebagai contoh misalnya kita melihat para penulis E-Book di Amerika.
Di sana tercatat ada lebih dari 35 juta orang blogger, dan hanya 5 %
diantaranya yang mencoba melihat segmen E-Book sebagai sesuatu yang potensil
untuk memberikan mereka penghasilan. Memang dunia E-Book beda dengan Buku.
Bayangkan kalau anda sebagai penulis di sana, anda dengan mudah mendapatkan
berbagai bahan tulisan yang berupa PLR, RR dan MRR mereka dengan mudah
memodifikasi bahan-bahan seperti itu sesuai dengan genre yang mereka kuasai.
Kalau E-Book nya sudah jadi mereka tinggal meng-Up Load nya ke Amazon.com atau
Swordmans.com dll yang sejenis maka E-Book mereka sudah bisa memasuki pasar
internasional yang potensinya luar biasa. Kalau E-Book anda di sukai pasar
meski dengan harga $2 tetapi kalau terjual 5000 copies saja, anda sudah mendapatkan $10.000 atau setara
dengan 120 juta rupiah. Sesuatu yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Buku ini disajikan
dengan Daftar Isi sebagai berikut :
Daftar Isi
Sekapur Sirih
Kata Pengantar
BAB I. Ketika Semua Jalan Tertutup
1.1 Latar Belakang
1.2 Untuk Siapa Buku Saya Tulis
1.3 Mengapa Buku ini Saya Tulis
1.4 Apa Saja Yang
Diuraikan Dalam Buku Ini
1.5 Reference
Untuk Anda
BAB II. Cara Menulis
Artikel Berkualitas
2.1 Apa Itu Artikel Yang Berkualitas?
2.2 Langkah-langkah
Dalam penulisan Artikel
2.3 Ragam Artikel
dan Cara Penuli sannya
2.4 Apa Itu Artikel SEO Friendly?
2.5 Memilih Isu Tulisan Sesuai Trending
2.6 Cara Menulis Artikel Berkualitas
2.7 Usahakan Selalu
Menulis Artikel Dengan Benar.
BAB III. Mengenal Media Dot Com
3.1 Media Dot Com
3.2 Mulai Bangun Brand Anda.
3.3 Mulai Dari Media Blogger
3.4 Cara membuat blog di blogspot
3.5 Cara
Membuat Website Word Press.
3.6 Cara Membuat Website Pro.
BAB IV. Mengenal dan
Memanfaat kan Jejaring Sosial Media
4.1 Jejaring Media Sosial.
4.2 Manfaatkan Facebook Untuk Bisnis Anda.
4.3 Beriklan di Facebook.
4.4 Manfaatkan Twitter Untuk Bisnis Anda.
4.5 Apa Dan
Bagaimana Penulisan Press Release.
BAB V. Menjadi Penulis Produktif dan Sejahtera
5.1 Penulis
Produktif dan Sejahtera Seperti Apa Mau Anda?
5.2 Artikel Seperti apa yang akan anda tulis?
5.3 Buku Seperti apa yang akan Anda Tulis?
5.4 Apakah buku yang akan anda tulis itu belum
ada di pasar?
5.5 Menulislah Dengan Hati.
5.6 Lengkapi Tulisan Anda.
Lampiran-1 : Buat
Sendiri Cover Buku Anda
Lampiran-2 : Cara
Membuat Cover Buku Tiga Dimensi
Lampiran-3 : Cara
Mudah dan Murah Menerbitkan Buku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar