Buku
ini bisa jadi bagaikan penggalan cerita yang secara langsung menyangkut
kehidupan kepenulisan saya serta berkah yang dihasilkannya. Bisa jadi hal
seperti ini jauh dari memadai, dan bukanlah suatu prestasi apalagi
membanggakannya. Jauh dari semua sifat yang seperti itu. Tetapi sejujurnya bagi
saya pribadi, dikala seolah semua jalan tertutup ternyata menulis telah
memberiku segalanya. Harapan yang memberikan semangat dan kehidupan yang
berkah, bahagia untuk dilakoni. Memang masih tetap dalam batasan bersahaja
tetapi sungguh memberikan solusi dan kebahagiaan tersendiri. Menulis ternyata
bisa membuka peluang dan memberikan rasa bermakna dan juga menyelesaikan
persoalan itu sendiri.
Saya
yakin hal seperti akan dapat memberikan sedikit makna bagi banyak orang. Bisa
jadi bidangnya bukan penulis, tetapi setidaknya banyak hal yang bisa kita
lakukan; disaat semua langkah seolah buntu. Namun demikian saya percaya semua
orang mempunyai penggalan kehidupannya sendiri-sendiri yang juga tidak kalah
menariknya. Penggalan kehidupan yang tertatah dengan emas dan bahkan berlian.
Karena itu saya juga bisa menahan diri. Tetapi yang ingin saya kemukakan di
sini adalah saya pernah mengalaminya, yakni hanya punya satu pilihan. Yakni
untuk jadi seseorang sebagai penulis. Padahal dari sananya, saya sama sekali
jarang bersentuhan dengan upaya untuk menulis. Memang membaca saya suka. Tetapi
untuk menuliskannya, saya selalu kesulitan. Kesulitan untuk menyusun kata-katanya.
Mana kata-kata yang harus di dahulukan. Pendek kata menulis adalah sesuatu yang
tidak terpikirkan sejak dari awalnya.
Pernah
dengar dengan istilah tentang anak batak di perantauan kan? Batak tembak
langsung. Memang ini setting ceritra tahun tahun 70an. Sekarang tentu sudah
sangat berbeda. Itu menurut saya adalah upaya untuk menggambarkan anak-anak
batak yang di kampungnya sana, dia dengan segala keterbatasannya. Dia yang
aslinya belum tahu apa-apa, dia yang tidak tahu apa itu universitas, apa itu
aturan lalu lintas jalan; tidak tahu mana saatnya stop dan mana saat jalan
ketika melihat lampu setopan abang-ijo di jalanan. Tetapi semua itu tidak
menyurutkan semangat mereka untuk melanjutkan kuliah ke Jawa. Banyak dari
mereka yang kondisi orang tuanya, sungguh tidak memungkinkan untuk membiayai
kuliahnya. Tapi anak-anak batak itu tetap nekat. Saya salah satu diantaranya.
Saya waktu itu, hanya berbekal uang sebesar 15 ribu rupiah dengan kesanggupan
orang tua biaya bulanan satu ribu perbulan, dengan tujuan Yogyakarta. Ongkos
kapal waktu itu sudah 6 ribu, uang daftar di UGM 3 ribu. Belum lagi ini itu,
jelas membaginya tidak bisa atau sangat sulit sekali.
Tapi
itulah jalannya kehidupan, panggilan suratan tangan. Sesungguhnya kisah itu
sendiri jauh lebih menarik kalau dituliskan dengan hati. Bagaimana anak kampung
dengan semua ke idiotannya menapaki hidup di kota besar metropolitan.
Teman-teman meski tetap terbatas, tetapi umumnya punya uang bulanan bervariasi,
antara 15-25 ribu perbulan. Tapi hal itu sama sekali tidak memberi pengaruh.
Saya bersyukur karena meski dengan berbagai keterbatasan itu, ternyata saya
diterima kuliah di UGM. Saat itu sebuah pencapaian luar biasa. Apalagi untuk
seorang lulusan SMA dari sebuah Kabupaten di Sumatera Utara. Tetapi dengan uang
satu ribu rupiah perbulan jelas ini sebuah tantangan. Tantangannya nyata dan
sungguh luar biasa.
Saya
sendiri punya jurus kehidupan langka tapi hemat saya pas. Saya menyebutnya “the
Pesantren Way”. Saya terinpirasi cara anak-anak Pasantren Muthopawiyah menuntut
Ilu. Tekun, sederhana dan mandiri. Misalnya dalam mencari tempat Kos, carilah
di wilayah kota yang tidak ada listriknya. Maksudnya agar segalanya lebih
terjangkau dan murah. Lokasi itu saya temukan, yakni di Gondolayu, pinggir kali
Code. Memang kondisinya kumuh, dan tempat mandinya juga di sumur-sumur seadanya
di pinggiran kali code itu. Tapi bagi anak kampung seperti saya jelas itu jauh
lebih baik dari di Kampung saya. Persoalan berikutnya adalah bagaimana hidup
dengan uang sebesar itu? Memang harga beras waktu itu per kilonya juga masih rp
30 rupiah. Jadi 10 kg harganya sebesar 300 rupiah. Tapi hidup dengan uang 700
rupiah perbulan, sudah termasuk semuanya secara logika itu tidak masuk akal. Teman
saya yang waktu itu kost di asrama Realino, bayarannya sudah 15 ribu rupiah per
bulan. Tapi saya sangat percaya jalan pasti ada. Saya yakin sekali jalan untuk
itu pasti ada. Cuma sayangnya saya belum tahu.
Dari
berbagai analisa yang saya lakukan, maka jalan yang tersedia adalah jadi
penulis di koran harian. Karena menulis tidak terikat waktu, tidak mengganggu
waktu kuliah. Tapi menulis untuk bisa dimuat di koran tentunya, bukanlah
tulisan yang dibuat oleh penulis seperti saya yang tidak tahu apa-apa tentang
menulis. Tapi jalan itu jelas terbuka. Dan saya percaya jalan saya ada di sana.
Cuma bagaimana memulainya.Sudah itu saya juga tidak tahu cara mengetik dan
jelas tidak punya mesin tik. Tapi jalan itulah yang paling realistis. Penggalan
cerita itulah yang membuat buku ini saya tulis yang dikemas dengan menjelaskan
tentang cara menulis yang baik dan benar. Yang bisa jadi peningkatan kemampuan
diri.
Coba
simak Daftar Isinya
Sekapur
Sirih
Kata
Pengantar
Daftar
Pustaka
BAB I.
Ketika Semua Jalan Tertutup
I.1 Latar Belakang
1.2 Untuk Siapa Buku Saya Tulis
1.3 Mengapa Buku ini Saya Tulis
1.4 Apa Saja Yang Diuraikan Dalam Buku Ini
1.5 Reference
Untuk Anda
BAB II. Cara Menulis Artikel
Berkualitas
2.1 Apa Itu Artikel Yang Berkualitas?
2.2 Langkah-langkah Dalam penulisan Artikel
2.3 Ragam Artikel dan Cara Penulisannya
2.4 Apa Itu Artikel SEO Friendly?
2.5 Memilih Isu Tulisan Sesuai Trending
2.6 Cara Menulis Artikel Berkualitas
2.7 Usahakan Selalu Menulis Artikel Dengan
Benar.
BAB III. Mengenal Media Dot Com
3.1 Media Dot Com
3.2 Mulai Bangun Brand Anda.
3.3 Mulai Dari Media Blogger
3.4 Cara membuat blog di blogspot
3.5 Cara Membuat
Website WordPress.
3.6 Cara Membuat Website Pro.
BAB IV. Mengenal dan
Memanfaatkan Jejaring Sosial Media
4.1 Jejaring Media Sosial.
4.2 Manfaatkan Facebook Untuk Bisnis Anda.
4.3 Beriklan di Facebook.
4.4 Manfaatkan Twitter Untuk Bisnis Anda.
4.5 Apa Dan Bagaimana Penulisan Press Release.
BAB V. Menjadi Penulis Produktif dan Sejahtera
5.1 Penulis Produktif dan Sejahtera Seperti Apa
Mau Anda?
5.2 Artikel Seperti apa yang akan anda tulis?
5.3 Buku Seperti apa yang akan Anda Tulis?
5.4 Apakah buku yang akan anda tulis itu belum
ada di pasar?
5.5 Menulislah Dengan Hati.
5.6 Lengkapi Tulisan Anda.
Lampiran-1
: Buat Sendiri Cover Buku Anda
Lampiran-2
: Cara Membuat Cover Buku Tiga Dimensi
Lampiran-3
: Cara Mudah dan Murah Menerbitkan Buku
Anda
bisa lihat sendiri, dengan mengetahui sedikit banyak dari berbagai yang
diutarakan dalam buku ini, saya percaya anda bisa jadi Penulis yang baik.
Tetapi semua itu perlu proses, perlu latihan. Latihan dan latihan serta terus
membaca sehingga anda memang punya “referensi” yang baik juga. Tanpa membekali
diri anda dengan bacaan yang baik, pastilah pandangan anda juga terasa kering.
Minimal aroma intelektualitasnya tidak muncul.
Saya
percaya Buku ini akan memberikan anda Formula yang pas untuk bisa jadi penulis
yang baik. Penulis yang karyanya enak dibaca dan bermanfaat. Sebab polanya
dibuat berdasarkan kerangka yang baik dan benar untuk jadi penulis yang baik.
Sangat cocok bagi Anda yang ingin menjadi penulis yang bermakna. Cobalah, dan
ingat pesan ini datang dari seorang penulis riel yang telah lolos dari “medan pertempuran
ditahun tahun 70an” yang sebenarnya.
Medan yang sama kini ada dimasa yang berbeda dengan terafi yang berbeda
pula.Menjadikan anda penulis di era Life Style Dot Com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar