3
Jurnalis Menulis Buku untuk Perempuan Papua
Tiga
Jurnalis perempuan, yaitu Nunung Kusmiaty (kiri) Nethy Dharma Somba (tengah), Katharina Janur
Litasari (kanan) yang menulis buku "Bukan Perempuan Biasa". [SP/ Roberth Vanwi]
Tiga Jurnalis perempuan, yaitu Nunung Kusmiaty (kiri) Nethy Dharma Somba (tengah),
Katharina Janur Litasari (kanan) yang menulis buku "Bukan Perempuan Biasa".
[SP/ Roberth Vanwi]
Sejumlah
perempuan Papua dinilai unik, sukses, dan menonjol dalam prestasi oleh 3
jurnalis perempuan Papua. Mereka yang
disebut bukan perempuan biasa itu adalah Baetrix Wanane anggota KPU Papua,
Berlinda Ursula Mayor Ketua Pengadilan Negeri Kelas IIB Wamena, Herlina Rosa
Papare pendiri Sekolah Sepak Bola Bhineka Tunggal Ika, Hermina Kosay Instruktur
Pre Apprentice Institue Pertambangan Nemangkawi Freeport. Selain itu, terdapat
Lievelin Louisa Ansanay, Ketua DPRD Kota Jayapura, DR Margaretha Rumbekwan
Direktur IPDN Kampus Papua, Octaviyanti Balndina Ronsumbre Pilot di PT Trigana
Air Service, Olga Helena Hamad Ketua KontraS Papua, dan Shipora Puhili Tokoro
Bidan Kampung.
Lalu ada Siti Nurdjaja Soltief, Kepala
VCT RSUD Jayapura dan aktivis kesehatan, Suzana D Wanggai Kepala Perbatasan dan
Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua, Tina Komangal wirausaha di Mimika, Yakoba
Lokbere Anggota DPR Papua. Prof DR Yohana Susana Yembise Menteri Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak dan juga
masuk dalam daftar, dan tak ketinggalan Yosina Bosawer penjual sayur yang
menyekolahkan anaknya di Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih.
Inilah
para perempuan Papua dengan sejumlah sepak terjangnya yang ditulis
oleh 3 jurnalis perempuan, yaitu
Nethy Dharma Somba (The Jakarta Post) , Katharina Janur Litasari (KBR 68
H dan Nunung Kusmiaty (Harian Papua Pos)
dalam bukunya "Bukan Perempuan Biasa". Buku setebal 130
halaman itu, didesain oleh Ridwan
Bento Manubun yang juga jurnalis,
diluncurkan Minggu (8/3) malam di Hotel
Grand Talent Abepura. Nety Dharma
Somba mengatakan, untuk menulis buku ini, mereka banyak menyesuaikan dengan
waktu narasumber serta kesibukkan penulis sebagai jurnalis. Menurut alumni Fakultas Sastra
Indonesia, Jurusan Kesusateraan Universitas Hasanuddin itu, buku ini menjadi
pembeda karena mereka ingin menunjukkan bahwa banyak perempuan
Papua juga bisa berhasil dan sukses.
Menurut
ibu dua orang anak ini, ketiga penilis bahagia dan terharu dengan terbitnya
buku itu. "Selain kami sudah banyak meliput soal Tanah Papua yang penuh
dengan segala gejolaknya, kami juga bisa menulis dan dedikasikan buku ini kepada
perempuan Papua. Semoga buku ini memberikan inspirasi bagi semua
perempuan Papua di mana saja berada," kata Nethy. Sedangkan Katharina Janur Lithasari
menyampaikan, sejumlah narasumber dalam buku
ada yang dikenal langsung, ada yang diketahui lewat bincang-bincang
dengan sejumlah teman. Buku bersampul kuning dengan gambar 15
orang perempuan Papua itu dikerjakan sejak Oktober tahun lalu.
"Kerja
keras memang untuk menulis buku ini selain lakukan liputan, yah menulisnya
harus nyicil," kata Lita yang bersuamikan juga seorang jurnalis. Ia
berharap, buku ini dapat diterima semua kalangan. "Banyak perempuan Papua yang hebat dan
berprestasi hebat lain, namun karena
keterbatasan kami baru menulis 15
perempuan ini. Mudah-mudahan kami bisa menulis perempuan-perempuan lain yang
menjadi inspirasi bagi rakyat
Papua," kata Lita.
Sementara Nunung Kusmiaty, perempuan yang mempunyai 5
orang anak ini, mengawali karier jurnalistiknya di Kota Bandung, Jawa Barat
lewat SKM Galura grup Pikiran Rakyat pada 1990-an. Dia hijrah ke Kota Jayapura
pada tahun 2000. "Menulis dan mengumpulkan bahan penulisan untuk
buku memerlukan kesabaran. Saya bahagia buku ini bisa selesai, semoga buku ini
menjadi warna lain dari buku-buku Papua yang sudah banyak beredar,"
katanya. Disinggung
SP dari mana dana untuk membuat buku ini?
Ketiga jurnalis perempuan ini
tersenyum bersamaan. "Ini bantuan dari para relasi, aktifis yang ada di
Kota Jayapura dan juga dari kocek
pribadi kami bertiga," kata Nety
Dharma Somba.
Ini pun diamin Katrina Lita
dan Nunung. "Tak masalah juga, namanya juga usaha jadi semua harus
dijalanin untuk hadirnya buku ini. Terpenting kami bahagia," kata Katharina Janur. [154/N-6,suara pembaruan , 9 Maret 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar