Berbagi
Kue dari Pasar Aplikasi
Oleh
Didit Putra Erlangga Rahardjo
Mayoritas
pengguna ponsel dengan sistem operasi Android di Indonesia akan menemukan Play
Store begitu mengoperasikan gawai mereka untuk pertama kali. Sebagai pasar
aplikasi, di tempat itu pengguna bisa mencari perangkat lunak untuk dipasang
sehingga ponsel tersebut memiliki fitur atau kemampuan yang mendukung aktivitas
sehari-hari.Beragam pasar aplikasi tersedia untuk dimanfaatkan pengguna telepon
seluler pintar demi mendapatkan aplikasi yang bisa dipasang di perangkat
mereka, Kamis (17/9). Untuk sistem operasi Android saja, saat ini Play Store
memiliki 1,6 juta aplikasi yang bisa diunduh secara gratis ataupun berbayar.
Suka
menghabiskan waktu dengan terhubung ke jejaring sosial tinggal mencari aplikasi
semacam Facebook, Twitter, Path, atau Sebangsa. Mereka yang gemar memanfaatkan
kamera ponsel bisa memilih berbagai opsi, seperti Instagram, Flickr, Vine,
Snapseed, atau Camera FV-5. Play Store menawarkan pilihan aplikasi bagi pengguna
untuk diunduh, sebagian dengan skema gratis dan selebihnya berbayar.
Layanan
riset Statista menyebut bahwa jumlah aplikasi yang diunggah oleh para
pengembang ke pasar aplikasi ini mencapai 1,6 juta buah pada bulan Juli. Angka
tersebut menempatkan Play Store sebagai pasar aplikasi paling banyak
dibandingkan sistem operasi lain, seperti App Store untuk iOS sebanyak 1,5 juta
buah atau Amazon Appstore sebanyak 400.000 buah.Dari angka dan pertumbuhan tiap
semester bisa dibayangkan betapa ramainya aplikasi baru yang hadir di katalog
produk Play Store setiap hari. Hal tersebut justru memunculkan masalah baru
bagi pengguna, yakni mengetahui aplikasi mana yang paling sesuai dengannya
mengingat dia harus memperhatikan daya tampung perangkatnya.
Masalah
yang sama juga dihadapi oleh pengembang aplikasi yang ingin produk mereka
banyak dipasang. Katalog yang bertambah tiap hari bisa membuat karya mereka
terkubur dengan cepat, kecuali mau mengeluarkan uang untuk memasang iklan
sehingga aplikasi ditampilkan di halaman depan agar mudah ditemukan pengguna.
Umumnya metode itu paling manjur mengingat pengguna kian tidak punya waktu
untuk berburu sendiri.
Masalah
berikutnya adalah mekanisme pembayaran di Play Store yang sebelumnya hanya
bermodalkan kartu kredit baik untuk membeli aplikasi maupun transaksi di
dalamnya (in app purchase). Jumlah pengguna kartu kredit di Indonesia hanya 3-4
persen dari total populasi atau sekitar 16 juta nasabah. Jumlah ini kontras
dengan jumlah pengguna ponsel pintar yang mengakses internet dari gawai mereka,
yang menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia sebanyak 85
persen dari pengguna internet atau 74,8 juta orang.Masalah pembayaran sedikit
terpecahkan karena kerja sama Google dengan operator telekomunikasi dengan
memotong pulsa. Artinya, pengguna bisa memilih untuk bertransaksi dengan pulsa
untuk membeli aplikasi atau barang-barang virtual di dalamnya.
Pasar local. Dominasi
Google tidak menghentikan pemain lain untuk ikut terjun di bisnis pasar
aplikasi. Muncul sejumlah pemain yang menjual konten lokal untuk pengguna,
misalnya Yandex Store yang digunakan di Rusia dan beberapa negara, seperti
Ukraina, Kazakhstan, dan Turki. Dengan koleksi sekitar 120.000 aplikasi pada
tahun 2014, mereka bekerja sama dengan merek ponsel untuk dipasang sebelum
diedarkan ke tangan konsumen.Layanan riset Statista menyebut bahwa jumlah
aplikasi yang diunggah oleh para pengembang ke pasar aplikasi ini mencapai 1,6
juta buah pada bulan Juli. Angka tersebut menempatkan Play Store sebagai pasar
aplikasi paling banyak dibandingkan sistem operasi lain, seperti App Store
untuk iOS sebanyak 1,5 juta buah atau Amazon Appstore sebanyak 400.000 buah.
Pengguna
di Tiongkok hanya bisa menggunakan pasar aplikasi lain di luar Play Store.
Google menghentikan layanan di sana sehingga aplikasi mereka, seperti peta,
surat elektronik, dan panduan kesehatan, tidak bisa dipergunakan. Para pelaku
lain meramaikan pasar aplikasi, seperti Tencent, Baidu, dan Xiaomi dengan
konten lokal mereka.Salah satunya, Baidu makin serius menggarap pasar di luar
Tiongkok dan Indonesia termasuk di dalam rencana mereka. Ditemui di sela-sela
acara Konferensi Permainan Mobile Indonesia-Tiongkok beberapa waktu lalu, Bo
Jianlei, Direktur Baidu Indonesia, menuturkan bahwa mereka memiliki katalog
berisi 500.000 aplikasi untuk membantu pengembang dalam negeri memasarkan karya
mereka. Salah satu hal yang disebut, aplikasi mereka akan lebih mudah ditemukan
ketimbang diunggah ke Play Store.
Baidu,
kata Jianlei, bakal berfungsi sebagai perantara antara pengembang lokal yang
ingin memasarkan produk di Tanah Air atau dipasarkan ke pasar luar negeri. Hal
serupa dilakukan untuk produk dari luar Indonesia seperti Tiongkok yang
dipersiapkan masuk ke Tanah Air. Selain menerjemahkan ke bahasa lokal, mereka
juga memberikan konsultasi mengenai tampilan antarmuka agar sesuai dengan
karakteristik pemain di sebuah negara.
Baidu tidak berambisi muluk.
"Kami hadir bukan untuk menggantikan Play Store," kata Jianlei. Perusahaan
yang dikenal dengan produk peramban (browser), yakni Opera, juga serius
menggarap pasar aplikasi di Indonesia. Baru-baru ini mereka meluncurkan Opera
Subscription Mobile Store bekerja sama dengan tiga operator telekomunikasi
Indonesia, yakni Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat. Cara kerjanya, pengguna
hanya perlu membayar biaya langganan sebesar Rp 3.300 hingga Rp 5.500 selama
seminggu dan mereka bebas untuk mengunduh aplikasi apa pun di katalog yang
disediakan, baik yang gratis maupun yang sebelumnya berbayar.
Menurut
Ivollex Hodiny, Growth Director of Asia Opera Software, skema tersebut bisa
membantu para pengembang agar karyanya lebih mudah ditemukan dan dipergunakan.
Dari sudut pandang operator telekomunikasi, mereka bisa memberi insentif kepada
pelanggan dengan menghadirkan konten eksklusif.Saat ini, Opera memiliki koleksi
aplikasi sebanyak 300.000 buah untuk diunduh dari situsnya. Hodiny mengatakan,
layanan tersebut akan sejalan dengan produk peramban yang memiliki varian
berdasarkan kemampuan untuk kompresi data agar pengguna bisa berhemat. Saat ini
terdapat 30 juta pengguna Opera di Indonesia, masih jauh di bawah angka pasar
aplikasi seperti Play Store.
Masih
ada kue yang tersisa dari pasar aplikasi untuk semua. ( Sumber : Kompas 17
September 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar